Ekstrakulikuler smk komputama
pencak silat merpati putih
telah di buka pendaftaran baru bagi siswa siswi smk komputama
tinggal ikut saja pada hari senin dan jumat di lapangan kridasari majenang "depan smk komputama majenang"
Jumat, 14 September 2012
Jumat, 03 Agustus 2012
PENCAK SILAT
Sejarah
Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan pada masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembang menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yang ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya pada masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun pada masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dengan susunan pengurus besar:[1] Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.- Ketua Umum : Mr. Wongsonegoro
- Wakil Ketua : Suria Atmadja
- Penulis Umum : Marijun Sudirohadiprodjo
- Bendahara : Suratno Sastroamidjojo
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama "Pencak Silat" yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Senin, 16 Juli 2012
PENGERTIAN
Apa itu Pencak Silat Merpati Putih?
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation).
Apa sih arti dari Merpati Putih?
Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam bahasa Indonesia berarti "Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan" sehingga diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala tindakannya. Selain itu PPS Betako Merpati Putih mempunyai motto: "Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata".
Bagaimana Perkembangan Pencak Silat Merpati Putih di tingkat Nasional maupun Internasional?
Perkembangan Merpati Putih dari sejak berdiri tanggal 2 April 1963 sampai saat ini dapat dicatat sebagai berikut:
- Tahun 1968 mendapat kehormatan melatih anggota seksi I Korem 072 dan Anggota Bataliyon 403/ Diponegoro di Yogyakarta
- Tahun 1973 bekerja sama dengan AKABRI udara dan beberapa tenaga ahli dari fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada dipimpin oleh Prof .Dr .Achmad Muhammad, mengadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan Betako Merpati Putih. Hasil penelitian ini mendorong pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.
- Tahun 1976 mendapat kehormatan melatih para Anggota Pasukan Pengawal Presiden ( PASWAPRES ).
- Tahun 1977 Terbentuk Cabang Jakarta dan sekaligus mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung.
- 5 oktober 1978 peragaan hasil latihan oleh Anggota Koppasandha tersebut pada perayaan HUT ABRI.
- Tahun 1983 kerja sama dengan pusat jasmani Militer Komando Pengembangan Pendidikan dan latihan TNI AD
- Tahun 1984 kerja sama dengan Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta mengadakan penelitian tentang Manfaat latihan Merpati Putih.
- Tahun 1987 kerja sama dengan yayasan jantung sehat dan Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, dipimpin oleh Dr.Dede Kuswara.
- Tahun 1987 Tour bersama IPSI ke Eropa dalam misi Budaya Bangsa
- Tahun 1989 Partisipasi dalam pembukaan SEA GAMES di Jakarta
- Tahun 1990 bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
- Tahun 1991 pelatihan Tuna Netra
- Tahun 1992 Membawa dan memperkenalkan Tuna Netra hasil latihan ke Eropa .
- Tahun 1992 Partisipasi latihan untuk Tim PSSI Yunior (Kejuaraan Yunior Asia 1992 ) dan Tim PSSI PRA PIALA DUNIA 1992
- Tahun 1994 Tour persahabatan ke Belanda
- Tahun 1994 bersama KADIN peragaan di Brunei Darussalam
- Tahun 1994 Melatih Tuna Netra Kerajaan Oman
- Tahun 1995 kerja sama dengan yayasan Kartika Destarata (Yayasan Tunanetra Persit Kartika Chandra Kirana TNI AD ) melatih Tuna Netra se-Indonesia
- Tahun 2009 bekerja sama dengan PEMPROV DKI Jakarta dalam upaya penyelamatan Sungai Ciliwung dari kerusakan
- Tahun 2010 Pemantapan dan Penyeragaman Pelatih Se Jabotabek dan sekitarnya.
- Tahun 2010 Program Pelatihan Ekskul SD, SMP, SMA
- Tahun 2010 sedang diupayakan kerjasama dengan Palang Merah Internasional untuk tergabung dalam tim pencari korban bencana alam. Getaran akan digunakan untuk deteksi lokasi korban bencana alam (banjir, kebakaran, tanah longsor, dsb)
- Tahun 2011 melakukan pagelaran teater silat berbasis gerakan dan keilmuan Merpati Putih (tata gerak, power, dan getaran tutup mata) di Gedung Kesenian Jakarta dengan tema "PENDEKAR KELANA".
Merpati Putih adalah salah satu perguruan silat yang mendapatkan akses pada militer khusus dengan dilatihnya para special force Indonesia seperti Kopassus (TNI-AD), Marinir, Kopaska (TNI-AL), Paskhas (TNI-AU), Brimob (Kepolisian). Pelatihan ini menunjukkan tidak adanya unsur klenik atau magis di dalamnya. Merpati Putih juga aktif berpartisipasi di dalam event-event nasional dan internasional seperti World Martial Arts Festival dan International Martial Arts.
Para Dewan Guru, Guru Besar, Pewaris, dan Senior senantiasa mengembangkan secara aplikatif beragam aspek dari getaran. Beberapa hasil aplikatif dari getaran (vibravision) yang berhasil dikembangkan oleh Merpati Putih:
- Program Normalisasi Diabetes
- Program Pelatihan Tuna Netra (atau siapa saja yang kehilangan daya lihat karena kecelakaan atau disebabkan oleh penyakit seperti Glukoma, Retinitis Pigmentosa dan lain-lain)
- Program Pelatihan Tuna Netra yang buta total akibat kerusakan pada mata yang akut
- Program Kecantikan Kulit
- Program 'Lepas Kacamata' bagi mata yang minus, plus, atau silinder
- Program Penghancuran Batu Ginjal (masih tahap riset)
- Regenerasi sel-sel tubuh (program kebugaran untuk manula dan yang menderita penyakit)
- Deteksi radiasi nuklir (bekerja sama dengan BATAN). Hasilnya, getaran Merpati Putih lebih cepat mendeteksi keberadaan radiasi dibanding alat dari BATAN
- Deteksi narkoba di Mapolda Metro Jaya (Jakarta, bekerja sama dengan Brimob DKI Jakarta). Hasilnya, getaran Merpati Putih dapat menunjukkan lokasi penyimpanan narkoba meski disembunyikan pada mobil, kantong, jaket, lemari, sepatu, dan yang lainnya.
Apa saja yang diajarkan di Pencak Silat Merpati Putih?
Merpati Putih menggunakan tenaga dalam asli manusia, dengan teknik olah napas. Pada orang biasa, tenaga asli tersebut dapat dilihat dan digunakan hanya pada saat orang bersangkutan dalam kondisi terdesak saja. Misal: melompat pagar saat anjing mengejarnya di jalan yang buntu. Dalam keadaan kembali normal / tidak terdesak, orang tersebut serasa tidak percaya telah melompati pagar yang tinggi tersebut. Maka di dalam Pencak Silat ini, bagaimana menggunakan tenaga ekstra asli manusia tersebut pada saat normal, kapanpun dan dimanapun.
Secara normal sel dalam tubuh manusia menghasilkan zat yang bernama Adenosine Triphospate (A.T.P) yang merupakan cadangan energi dalam tubuh. Maka dengan bantuan teknik olah napas, tenaga tersembunyi manusia itu dapat di latih
Rabu, 11 Juli 2012
Merpati Putih Adalah Perguruan
Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong yang bernaung di bawah Ikatan Pencak Silat
Seluruh Indonesia (IPSI). Organisasi berdiri sejak 2 April 1963 dengan pusat
organisasi di Jakarta, sedangkan pusat keilmuan di Jogjakarta.Tujuannya adalah
melestarikan Pencak Silat Asli hasil budidaya peninggalan nenek moyang bangsa
Indonesia dan turut membina watak mental pribadi anggota Merpati Putih berbudi
pekerti luhur serta mengembangkan ilmu Merpati Putih demi kepentingan bangsa
dan Negara Indonesia.
Seorang
Anggota Merpati Putih harus memegang Tri Prasetya (Taat dan Percaya Kepada
Tuhan Yang Maha Esa,Mengabdi dan berbakti pada Nusa,Bangsa dan Negara Republik
Indonesia,Setia dan Taat Kepada Perguruan) dan mengamalkan amanah Sang Guru
Saring Hadi Poernomo (Memiliki Rasa Jujur dan Welas Asih,Percaya pada diri
sendiri,Keserasian dan Keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan Menghayati
dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha
Esa).
Merpati
Putih sendiri merupakan singkatan dari Falsafah “Mersudi Patitising Tindak
Pusakaning Titising Hening” yang artinya kurang lebih “Mencari Sampai
Mendapatkan Tindakan yang Benar dengan Ketenangan”
Selain
mata, manusia rupanya diberi “indera penglihatan kedua”. “Mata kedua” itu bisa
berupa ujung hidung atau ujung telinga, sentuhan tangan, ujung jari, atau ujung
siku. Dengan latihan tertentu, seorang tunanetra bahkan mampu “melihat” seperti
halnya orang biasa.
Suatu
hari di tahun 1945 seorang pria bernama Kuda Bux menunggangi sepeda, lalu
mengayuhnya, menembus lalu lintas New York. Ia menerobos Times Square yang
ramai, dan akhirnya tiba di tempat tujuan, tanpa celaka sedikit pun. Tampaknya,
itu peristiwa biasa. Namun ternyata ia melakukannya dengan mata tertutup rapat.
Bagaimana ia bisa “melihat” arah tujuannya? Pertanyaan yang tetap belum
ditemukan jawabannya itulah yang membuat Bux terkenal pada 1930 – 1940-an.
Jauh
sebelum itu ilmuwan Irlandia Robert Boyle (1627 – 1691) menemukan kasus tentang
seorang pria yang dapat mengenali warna lewat sentuhan tangannya. Kemudian pada
tahun 1893 beberapa dokter di Brooklyn, New York, menceritakan bagaimana Mollie
Fancher yang tunanetra membaca buku cetak standar – bukan berhuruf braille –
dengan ujung jarinya.
Pada
saat bersamaan di Italia ahli saraf dr. Cesare Lombroso mengamati gadis
tunatera berusia 14 tahun yang dapat “melihat” dengan telinga kiri dan ujung
hidung. Ketika Lombroso mencoba menusuk hidungnya dengan sebatang pinsil, gadis
itu tersentak menyingkir dan menangis, “Kamu ingin membuatku buta, ya?”
ORANG ABNORMAL
Kasus-kasus ajaib itu menantang ilmuwan Prancis, Jules Romains. Setelah bertahun-tahun meneliti, pada 1920 Romains menerbitkan risalah panjang berjudul Eyeless Sight. Ia mencatat, beberapa subjek “melihat” tanpa menjalin kontak dengan objek sasaran, tapi ada juga yang menggunakan alat berupa ujung jari, pipi, bahkan perut. Meski karyanya itu sedikit sekali ditanggapi oleh kalangan kedokteran, kasus yang lalu ia sebut kemampuan pandang paroptik atau setingkat dengan mata itu beberapa kali menjadi berita utama.
Kasus-kasus ajaib itu menantang ilmuwan Prancis, Jules Romains. Setelah bertahun-tahun meneliti, pada 1920 Romains menerbitkan risalah panjang berjudul Eyeless Sight. Ia mencatat, beberapa subjek “melihat” tanpa menjalin kontak dengan objek sasaran, tapi ada juga yang menggunakan alat berupa ujung jari, pipi, bahkan perut. Meski karyanya itu sedikit sekali ditanggapi oleh kalangan kedokteran, kasus yang lalu ia sebut kemampuan pandang paroptik atau setingkat dengan mata itu beberapa kali menjadi berita utama.
Perhatian
kalangan ilmiah terhadap fenomena itu baru muncul setelah tahun 1963, ketika
peneliti kesehatan Rusia melaporkan kasus Rosa Kuleshova. Dalam beberapa
penelitian yang diawasi ketat, Rosa yang benar-benar tidak dapat melihat dapat
membaca koran dan catatan lagu dengan ujung jari dan siku tangannya.
Penelitian
terhadap Rosa membangkitkan minat dr. Richard P. Youtz, psikolog di Columbia
University, New York City. Saking penasaran, ia melakukan sendiri beberapa tes.
Kesimpulannya, Rosa dan yang lainnya adalah orang yang sensitif abnormal
terhadap jumlah panas yang diserap oleh warna yang berbeda.
Membaca
tanpa mata bisa dilakukan karena cetakan hitam menyerap lebih banyak panas dan
terasa lebih hangat dibandingkan sekelilingnya yang putih, yang lebih efisien
dalam memantulkan panas. Pertimbangan itu masuk akal untuk orang yang dapat
“melihat” dengan ujung jari atau siku. Tetapi bagaimana dengan fenomena Kuda
Bux yang dapat melihat benda tanpa menyentuhnya?
Bagi
Budi Santoso Hadi Poernomo, pewaris dan guru
besar PPS Betako Merpati Putih, fenomena seperti itu mudah dijelaskan
menggunakan “ilmu getaran”. Ilmu yang mulai dikembangkan sejak 1970-an – 1987
ini sebenarnya metode pembinaan latihan pernapasan. Menurut generasi ke-11 dari
Pangeran Prabu Amangkurat dari Kerajaan Mataram pada abad XVII di Kartosuro,
Jawa Tengah, yang menciptakan betako Merpati Putih ini, dengan ilmu getaran
seseorang akan mampu menangkap berbagai macam getaran dari benda apa pun,
bahkan yang tidak tertangkap oleh kelima indera fisik. Misalnya, getaran otak
atau makhluk halus.
Manfaat
ilmu itu ialah untuk mendapatkan tenaga yang lebih kuat, terutama saat melaksanakan
tugas yang dianggap tidak mungkin dilakukan dalam keadaan biasa. “Misalnya,
dengan mata tertutup dan konsentrasi orang mampu menebak benda yang
tersembunyi, atau menembak sasaran dengan tepat dari jarak jauh,” ujar Budi
yang bersama kakaknya, Poerwoto Hadi Poernomo, mendirikan PPS Betako Merpati
Putih pada 2 April 1963 di Yogyakarta.
LEBIH CEPAT DARI DETEKTOR ISOTOP
Kemampuan itu sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap orang, namun sering tidak disadari. Misalnya, pada hubungan batin antara ibu dan anak. Saat si anak sakit, sang ibu bisa merasakan padahal keduanya berada di tempat terpisah yang berjauhan.
Kemampuan itu sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap orang, namun sering tidak disadari. Misalnya, pada hubungan batin antara ibu dan anak. Saat si anak sakit, sang ibu bisa merasakan padahal keduanya berada di tempat terpisah yang berjauhan.
Kemampuan
ini disebabkan oleh adanya medan listrik yang menyelubungi tubuh manusia, yang
lebih dikenal sebagai aura atau prana. Karena itu, seluruh bagian tubuh bisa
digunakan untuk mengenali getaran dari benda-benda di sekitar. Kemampuan dasar
ini bisa dilatih agar makin kuat listrik dan kepekaannya. Makin kuat
listriknya, makin luas medannya, maka makin luas pula jangkauannya. Ketebalan
aura bisa dilihat dengan melakukan pemotretan fotografi Kirlian. “Sering
terjadi, anggota Merpati Putih yang menjalani pemotretan ini sinar auranya
memenuhi lembar (kertas) foto,” kata Budi.
Namun,
meski semua orang – asalkan telaten berlatih – bisa mempelajari dan mendapatkan
kemampuan itu, ada orang-orang tertentu yang berbakat bisa memiliki kemampuan
yang lebih besar.
Contoh
hubungan batin ibu-anak itu juga menjelaskan, kemampuan itu tidak terbatasi
oleh ruang dan waktu. Dengan menumpang medan magnet bumi, kemampuan itu bisa
mencapai sasaran yang lebih jauh. Itulah mengapa kemampuan itu bisa digunakan
untuk membantu penyembuhan jarak jauh dengan getaran.
Pembuktian
adanya kemampuan itu pernah dilakukan melalui uji deteksi nuklir atau radiasi
dari isotop yang disembunyikan. Saat itu petugas Batan menggunakan detektor,
sedangkan anggota Merpati Putih mengandalkan getarannya. Sebelum mencarinya,
jenis getaran isotop sudah dipelajari lebih dulu. Mereka memulai pencarian
bersama-sama, namun menurut Budi, anggota Merpati Putih lebih cepat
menemukannya. Sebab, detektor baru menangkap gelombang dalam radius 0,5 m,
sedangkan “ilmu getaran” mampu mengetahuinya dalam jarak 15 m. Padahal saat itu
kedua mata anggota Merpati Putih dalam keadaan tertutup rapat.
“Tapi
keadaan itu justru menguntungkan karena konsentrasinya menjadi kuat. Selain
itu, mengurangi energi yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan, misalnya ke
mata,” papar Budi. Tak cuma untuk mencari isotop, ilmu getaran bisa dipakai
untuk melacak benda apa pun yang tersembunyi. “Maka ilmu ini sangat bermanfaat
untuk mencegah penyelundupan obat terlarang, narkotika, atau benda apa pun,”
akunya.
Uji
coba lain yang pernah dilakukan adalah: anggota Merpati Putih yang sebelumnya
tidak pernah jadi kiper, menepis tendangan penalti. Dari 50 tendangan yang
mengarah ke gawang, hanya empat yang mampu membuahkan gol. Artinya, 92%
tendangan berhasil ditepis si “kiper” yang ditutup kedua matanya. Kiper biasa
akan mengandalkan indera mata untuk menilai gerak-gerik penendang, namun
“kiper” Merpati Putih akan membaca langsung getaran otak si penendang yang
berisi rencana ke mana bola diarahkan. “Maka data yang diperoleh lebih banyak
dan akurat, sehingga ia tidak mudah tertipu oleh gerak-gerik penendang,” ujar
Budi yang berperawakan subur.
JURU FOTO TUNA NETRA
Pada tahun 1987 Budi memperkenalkan “ilmu getaran” ini kepada tunanetra. Mula-mula ia mengajarkannya kepada beberapa tukang pijat tunanetra. Sebelumnya, usai berlatih, setiap orang mendapat ganti rugi ongkos pijat selama satu jam karena waktu yang terbuang. Namun, 2 – 3 bulan kemudian setelah merasakan manfaatnya, mereka tetap berlatih meski tanpa dibayar.
Pada tahun 1987 Budi memperkenalkan “ilmu getaran” ini kepada tunanetra. Mula-mula ia mengajarkannya kepada beberapa tukang pijat tunanetra. Sebelumnya, usai berlatih, setiap orang mendapat ganti rugi ongkos pijat selama satu jam karena waktu yang terbuang. Namun, 2 – 3 bulan kemudian setelah merasakan manfaatnya, mereka tetap berlatih meski tanpa dibayar.
Dari
situlah kemudian terselenggaralah latihan untuk para tunanetra dari 12 kota di
wilayah Jawa dan Bali secara gratis. Ia berusaha mengumpulkan dana untuk
penyelenggaraan itu mengingat sebagian besar tunanetra berasal dari kalangan
ekonomi lemah. Saat ini kegiatan itu dihentikan untuk sementara waktu karena
ketiadaan dana. Yang terselenggara adalah program swasembada yang dinamai The Mission
Impossible. Program ini bertujuan melatih tunanetra agar dapat seperti orang
normal.
Program
untuk tunanetra itu mencakup tiga tahap pelajaran. Tahap pertama orientasi
mobilitas, kedua belajar mendeteksi benda, dan tahap terakhir mendeteksi huruf
serta warna. Masing-masing tahap selesai dalam waktu enam bulan. Maka, setelah
belajar selama 18 bulan peserta dapat menghindari rintangan yang ada di jalan,
membedakan antara benda diam dan benda bergerak, mengenali kecepatan dan jarak,
serta menyatakan ukuran benda tanpa melakukan sentuhan. Selain itu, peserta
juga mampu membaca dan menulis tanpa huruf braille. Bahkan juga membaca teks di
layar komputer, koran, dan lainnya.
Seorang
tunanetra anggota Merpati Putih pernah bikin seorang sopir taksi terheran-heran
karena mampu menunjukkan arah perjalanan. Dari Pulogadung anggota yang
tunanetra itu bermaksud pergi ke Wisma Pertamina di Kemang, Jakarta Selatan,
dengan naik taksi. Ketika mendekati daerah tujuan, si penumpang berkata, “Jalan
ini terus, lalu rumah joglo di depan itu maju sedikit.”
Dalam
Merpati Putih yang telah mendapat hak paten pada April 1998, membedakan warna
dari jarak jauh dengan mata tertutup konon bisa dilakukan. Setiap warna, kata
Budi, memiliki panjang gelombang yang berbeda. Benar bila dikatakan bahwa
perbedaan ditentukan oleh panas, namun panas akan mengejawantah menjadi
getaran. Beda panas berarti pula beda panjang gelombang. Dengan hanya
mengandalkan panas, pembedaan hanya bisa dilakukan dari dekat. Untuk melihat
dari jauh, yang ditangkap adalah panjang gelombangnya.
“Selain
itu perlu kepekaan tinggi karena perbedaan panjang gelombang sinar putih,
hijau, dan biru sangat kecil, hanya sepersekian puluh Angstrom atau sepersekian
miliar meter. Padahal sampai sekarang pun belum ada alat buatan manusia yang
mampu melakukan pekerjaan itu,” jelas Budi. Bayangkan saja, di dalam mobil yang
melaju dengan kecepatan 120 km/jam, seorang tunanetra anggota Merpati Putih
lain mampu menjawab dengan tepat warna apa yang ada di kiri-kanannya.
“Tidak
heran pula, jika anak saya yang buta warna setelah berlatih ilmu ini bisa
diterima kuliah di jurusan arsitektur,” ujar Budi memberi contoh bagaimana
kemampuan itu tak cuma mampu membuat mereka lebih mandiri, namun diharapkan
juga bermanfaat meningkatkan harkat hidup mereka.
Ia
mencontohkan lagi, di Bali sudah ada tunanetra yang jadi pemahat. Bahkan
uniknya lagi, ada yang berprofesi sebagai tukang foto. Saat memotret, menurut
Budi, ia tidak mengintip dari jendela bidik. Kamera bisa ia pegang pada posisi
yang ia suka namun sasarannya selalu tepat. Anehnya lagi, si juru foto yang
tunanetra itu bisa mengatur susunan objek foto, apakah harus maju sedikit,
lebih merapat, atau posisi lainnya.
Bagi
Budi pengalaman menunjukkan, melatih tunanetra lebih mudah dibandingkan orang
biasa. “Tentu karena mereka (tunanetra) sudah terbiasa mengandalkan inderanya
di luar penglihatan, apakah telinga, tangan, atau penciuman.”
Tak
heran bila anggota Merpati Putih yang bukan penyandang tunanetra, sesuai
kurikulum baru akan menguasai “ilmu getaran” dalam waktu tiga tahun, sedangkan
yang tunanetra langsung diajari ilmunya. “Merpati Putih memberi latihan sesuai
kebutuhan. Artinya, yang tunanetra sangat membutuhkan ilmu getaran agar dapat
bergerak normal. Bagi yang normal ilmu getaran hanya penunjang agar bereaksi
lebih cepat dalam bela diri,” papar Budi.
Kemampuan
itu konon bersifat abadi. Bagi yang tunanetra, menurut Budi, kemampuan yang
dimiliki akan terjaga karena dipakai setiap saat. Buat orang biasa, kalaupun
tidak rajin berlatih, kemampuannya tidak akan hilang meski mungkin kualitasnya
menurun atau tidak selancar dibandingkan dengan yang rajin berlatih.
Selasa, 10 Juli 2012
Langganan:
Postingan (Atom)